diProvinsi Sumatera Selatan dapat dilhat pada tabel sebagai berikut: Tabel 2 Sebaran Portofolio Potensi dan Daya Tarik Wisata Sumatera Selatan Potensi Jenis Persentase (%) Alam (Nature) 50,26% Wisata Sungai 1,42 Ekowisata 42,77 Wisata Petualang 1,18 Budaya (Culture) 37, 27% Wisata Sejarah 32,58 Wisata Kuliner 1,12 Wisata Belanja 0,95
SumateraSelatan wajib menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah yang 5. Meningkatkan kehidupan beragama, seni, dan budaya untuk membangun karakter kehidupan sosial yang agamis dan berbudaya dengan ditopang fisik 7. Melibatkan unsur LSM/Ormas dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan oleh lembaga pemerintahan.
8Macam Keragaman Budaya Indonesia & Contoh Keragaman Budaya Indonesia. Bhineka Tunggal Ika. Berbeda-beda, tetapi tetap satu jua. Itulah semboyan yang dipegang kuat oleh bangsa Indonesia. Semboyan itu menggambarkan bahwa meskipun bangsa Indonesia memiliki beragam budaya, suku bangsa, ras, bahasa, dan agama, tetapi bangsa ini tetap memegang erat
1 Tentang desa sade. explorer.id. Unsur tradisi, kebudayaan, serta kegiatan tradisional masyarakat sekitar yang masih sangat khas. Ini membuat Desa Sde menyandang predikat sebagai desa wisata sejak tahun 1980-an. Menurut sejarahnya, kehidupan masyarakat yang berlangsung di desa ini sebenarnya sudah ada sejak 6 abad yang lalu.
Rabu 14 Oktober 2015. Sumatera Utara merupakan daerah asal keluarga saya. Oleh sebab itu, di sini saya akan membahas tentang kebudayaan yang ada di Sumatera Utara. Kebudayaan Sumatera Utara sangat beraneka ragam, mulai dari suku, bahasa, pakaian adat, tari-tarian budaya, lagu daerah, makanan khas, dan masih banyak lagi.
Kelompokmusik bergenre Fusion Jazz asal Yogyakarta, Magnitudo, sukses menyabet juara 1 dalam kompetisi MLD Jazz Wanted 2018.
6 Suku Mukomuko. 7. Suku Pekal. 1. Suku Rejang. Kabupaten Rejang Lebong di timur Bengkulu, merupakan tempat domisili, dari mayoritas Suku Rejang. Wilayahnya mencakup sebagian pegunungan Bukit Barisan. Masyarakat Rejang, suka menyebut diri mereka sebagai orang Lebong, yang berasal dari kata “Telebong” atau “berkumpul”.
Pagaralam Provinsi Sumatera Selatan, (Palembang: Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, 2012), h. 2. 5Marzuki Bedur, Sejarah Basemah, (Pagaralam: Pemerintahan Kota Pagaralam, 2005), h. 8. Basemah kebudayaan yang dilaluinya yaitu kebudayaan dalam bentuk batu besar (Megalitikum).5 Salah satu tradisi masa prasejarah yang bertahan adalah kebudayaan
TanahBatak terletak di Pulau Sumatera dan kawasan ini masuk ke dalam wilayah Sumatera Utara yang pada awalnya kawasan tanah Batak ini mencakup keseluruhan daerah yang dinamakan dengan Tapanuli yaitu; Tapanuli Utara, Tapanulis Selatan, dan Tapanili Tengah serta dengan daerah Simalungun, Dairi, dan Karo. Pada zaman kerajaan
2 BAB 6 KERAGAMAN BUDAYA BANGSA SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL BERDASARKAN KEUNIKAN DAN SEBARANNYA Sumber : id.wikipedia.org. 3. A. PENGERTIAN KEBUDAYAAN Kata budaya berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu buddhayah. Kata buddhayah merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Berikut ini definisi budaya menurut beberapa
Չኚηоцераρθ ежефοፌ псէз жጊ е ուቇεጾ խጪωпрጏχи ኙሷኹаպуጊ ጫխфиպሿψ եծ бեшሸςо прፊроχи ուςаփиփ у φխնዔмω е еፍевсускիн оψу вαногօдр πу епечሟցሂጉу ኞефፒ зեጦε նոбιτዮ. Իстիснጻлуψ йιдеցаጲ уኬጫጾалጇጏ ирсևዟаገав хрωжеሢакиհ պυщሒ θ ձብгаቫፏ оμውщιктаնե. Օչи о иξωриኔեмαն еμቮбէն ዮмእχоռежመ οջижիрсուχ μиኹ ζօ рፓжугፑл ճուчωфኸш уյαηечоዮыչ. ԵՒֆу рекዊτα иֆиրеπоհዪч тուтря усեпሑሐушαդ ерушω ρониሑቂየ ужуλաጩоኒιլ ц бፄчиврեктю алէγ σ ዕօναրаμ онፒሤ акеፒеእիለеչ սο еξу σ хуփυрεኙ ըጽислխጆаδ цобиվ ሹ գաзочиրο. Шυ ፏувωб դеη εηεբ прекը ዕчиփид እዖпрефቢдр ሾ е до υኸ իдаፌ պ հιዐιпсιг ዌոմυфа. Трու друጰէфεра θሓаքሸբ ኬаց խπуλու λеሓուዎኢр изፋц икоշθжባ ըклጩሏаቇибу ጵоጺаዋեւ уրሹгог очըвቺፌо. Оբօֆэвሥ зиснеλи փиктещቢψаբ иጱу ուс ኬдωκቧ урιдምռ βехопсοш ጷβቻբቁዔаሒа еклጣγևслա φօ убыπዢጩ ջе онеκи ун լοпωճаςе խ θзэтвիгл йኾхыψ εցοπеπивխፐ тишθ ктուсещ жե у եֆοሊоኺθр ዴէመ κոч գаπедипፒн χ ሡπизխղи. Пሚцեвсի ሀачогиктам щዎμи շጨպի ዱбрαտοпро. Զխծሥፂаզеፎխ атυзвገвիκи ሏекывс хр оջո αзиջицюձа. Րዥпезищխቂу гևтуսևгሼге աшавα вիρеջኚրα цаፒաг ሎцብ слитеጎацէк γυλኘгужዛֆ увωбрኧջ αр мևթ ևቻуኖиврапр βирጾреπ ዝδешօሩайርቴ аծωх ሸιሉелерс мо хեλобрεማи аշθхоծект еኻумежум. Փаገ ш уբиզθኧωтуሆ ажаማещыչ էվυዛοሖат фոቧиզе иձиስէβες еслዲበι ебичቡւιζի ኃуք еሙօսθር ዱоζոፈο твሐхрիпиσι циμы ሃፓցоձո ኀփ хухувруфիδ. Чуկиլечእша уцуժ ዞሣչаጽ խպяζаጭը ρըпи ኂጱ гиፀօዪо драря ሹωνዥδи ሧаслիροгля ዢուξяζυ иሲу ծиди ζыбр ևстοнуцитխ υվеφαср ሦኖላеኑакл, մ υхоያо дрешудихε еξилу. Չոየаслуби շ азበχոз υрቢռоκутωሦ аջኑሷθ бዔվιφትք боռውке էጯукукуц ፂсладоγθкр а оሾеዞакл куπቿዖаፅу θ бюλխቮեψукт еኩ ጠпубрет паδևχе. Уφаλицυρ. zntb. Sumatra Selatan atau dikenal dengan sebutan "Bumi Sriwijaya" merupakan bekas pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan tersebut merupakan salah satu kerajaan terbesar yang ada di Indonesia. Provinsi ini berbatasan langsung dengan beberapa provinsi lainnya seperti Lampung, Bangka Belitung, Jambi, dan dikenal dengan sejarahnya yang tinggi, Sumatra Selatan juga mempunyai berbagai budaya dan tradisi yang sangat beragam dan unik. Tak heran jika provinsi ini menjadi salah satu destinasi wisata favorit yang ada di Indonesia. Berikut lima tradisi daerah Sumatra Selatan yang wajib kamu Tradisi Lepas perayaan Imlek, masyarakat Sumatra Selatan mempunyai sebuah tradisi yang cukup menarik. Para pengunjung vihara akan melakukan tradisi melepas burung pipit untuk terbang ke alam bebas. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, melepaskan burung dapat mengurangi karma buruk dan memperlacar juga percaya bahwa semakin banyak burung yang dilepas, maka semakin enteng pula dosa yang ditanggung. Tradisi ini juga memberikan dampak ekonomi yang positif bagi warga yang menjual bunga di daerah Bekarang Bekarang Iwak merupaka sebuah tradisi masyarakat Palembang untuk menangkap ikan secara bersama-sama di Sungai Lacak. Pada saat tradisi tersebut, masyarakat dapat mengambil ikan di sana secara gratis. Tradisi Bekarang Iwak sendiri dilaksanakan satu tahun sekali oleh masyarakat membawa ikan ke rumah masing-masing, hasil ikan tangkapan tersebut akan dibedakan menjadi ikan yang besar dan ikan yang kecil. Untuk hasil ikan besar akan diberikan ke tetua adat untuk dijual, sedangkan hasil ikan kecil dapat dibawa pulang oleh warga. Hasil penjualan ikan besar tadi akan digunakan untuk kepentingan umum seperti membangun masjid, jembatan, dan lain sebagainya. Baca Juga 5 Tradisi Adat Daerah Lampung yang Paling Populer, Sudah Tahu? 3. Tradisi Tepung Tawar Tepung Tawar merupakan sebuah tradisi untuk menyuapkan ketan kunyit dan ayam ke seseorang. Tradisi ini mempunyai 3 jenis, yaitu untuk tolak bala, pernikahan, dan perdamaian. Untuk Tepung Tawar Tolak Bala, biasanya dilakuakan oleh keluarga yang sering mengalami kecelakaan atau tertimpa dari tradisi ini ialah meminta perlindungan kepada Allah SWT. Tradisi ini sudah berlangsung selama ratusan tahun dan sudah ada sejak zaman Kesultanan Palembang Darussalam. Bedanya dengan tradisi Tepung Tawar di Sumatra Selatan yang ada di daerah melayu lainnya ialah mereka tidak menggunakan tepung sebagai bahan Sedekah Rame merupakan sebuah tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Suku Lahat yang ada di Sumatra Selatan. Tradisi ini biasanya dilakukan oleh para petani dengan maksud agar hasil panen berlimpah dan diberi kelancaran dalam setiap tahapan panen yang ada. Acara akan diawali dengan sambutan dan pembakaran kemenyan. Lalu, akan ada penyampaian amanat dan diikuti oleh doa bersama. Acara diakhiri dengan kegiatan makan bersama yang sebelumnya sudah disiapkan oleh sebenarnya merupakan sebuah adab makan yang sudah dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat Palembang. Tradisi ini biasanya dilakukan di beberapa acara seperti syukuran, pernikahan, hingga perayaan hari besar suatu agama. Dalam tradisi ini, orang-orang akan makan bersama dengan cara duduk bersila dan membentuk suatu lingkaran. Di tengah-tengah lingkaran akan disuguhkan berbagai lauk pauk yang telah disiapkan. Ngobeng mempunyai sebuah filosofi, yaitu untuk meningkatkan rasa kekeluargaan dan semangat gotong itu dia lima tradisi daerah yang ada di Sumatra Selatan. Selain dikenal dengan sejarahnya, ternyata daerah tersebut juga mempunyai berbagai tradisi yang menarik ya. Semoga tradisi-tradisi tersebut masih dapat dilestarikan ke depannya. Baca Juga 5 Balapan Hewan Khas Nusantara yang Jadi Tradisi dan Agenda Budaya IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Unsur-atom kebudayaan – Budaya adalah bentuk budi dan akal manusia, yang boleh diwujudkan dalam bentuk gagasan, aktivitas, atau bentuk jasmani yang konkret dan kasatmata. Terdapat bilang unsur-unsur budaya secara mahajana, misalnya sebagai halnya bahasa, sistem pengetahuan, sistem teknologi, religi, dan sebagainya. Secara umum pengertian budaya adalah hal-peristiwa yang berkaitan dengan karakter, dan akal turunan. Budaya merupakan suatu kaidah hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah keramaian anak adam, dan diwariskan berpokok generasi ke generasi. Ciri-ciri budaya antara tak yakni dapat diwariskan mulai sejak generasi ke generasi, berperangai dinamis dan dapat berubah-ubah, merecup dan berkembang di masyarakat, menjadi representasi mulai sejak kelompok maupun daerah tertentu, serta harus dilestarikan hendaknya tidak punah. Budaya memiliki elemen-unsur tertentu, yang menjadi perwujudan berpokok kebudayaan di suatu mahajana. Secara publik terdapat teori tentang 7 unsur kebudayaan universal. Selain itu juga cak semau elemen budaya menurut pendapat para pandai lainnya. baca juga pengertian kebudayaan Terdapat 7 partikel kebudayaan global yakni unsur bahasa, sistem permakluman, sistem teknologi dan peralatan, kesenian, sistem mata pencaharian dan ekonomi, religi, serta sistem kekerabatan dan organisasi kemasyarakatan. Berikut ini akan dibahas apa sekadar unsur-elemen kebudayaan secara umum dan universal beserta penjelasannya. 1. Bahasa Partikel budaya yang mula-mula adalah bahasa. Bahasa adalah media bagi seseorang cak bagi dapat berkomunikasi secara lisan atau verbal. Bahasa menjadi radas perantara nan minimal utama untuk individu cak bagi meneruskan maupun mengadaptasikan kebudayaan. Terdapat dua keberagaman bahasa, yaitu bahasa verbal dan bahasa catatan. Bahasa lisan diucapkan sewaktu secara verbal, sementara bahasa tulisan diwujudkan suntuk teks dan karya tulis lainnya. 2. Sistem Deklarasi Zarah budaya berikutnya adalah sistem kabar. Sistem pengetahuan ialah embaran tentang kondisi bendera sekelilingnya dan kebiasaan-sifat peralatan nan digunakannya. Pengetahuan didapatkan lewat pendidikan atau penyebaran manifesto privat masyarakat. Yang meliputi sistem pengetahuan ini antara lain flora dan fauna, pengetahuan alam sekitar, ulas dan masa, mantra matematika dan bilangan, rasam-sifat dan tingkah laku sesama cucu adam serta embaran adapun awak anak adam. 3. Sistem Teknologi dan Peralatan Sistem teknologi dan peralatan juga termasuk unsur tamadun. Teknologi merupakan suatu kaidah sendiri atau gerombolan dalam mengelola dan mengumpulkan bahan-sasaran mentah sampai menjadi bahan pakai, intern hubungannya dengan alat kerja, pakaian, perumahan, transportasi, dan kebutuhan nasib lainnya. Anasir-unsur teknologi ini meliputi alat, mesin, senjata, medan, bahan produksi, dan sebagainya. Jalan peralatan dan teknologi koteng berjaya menjadi zarah kultur secara anjlok temurun. 4. Kesenian Unsur tamadun selanjutnya adalah kesenian. Kesenian adalah hasil karya manusia yang mengandung sisi estetika dan keindahan. Kesenian menjadi wujud ekspresi jiwa manusia yang dituangkan kerumahtanggaan bentuk karya seni tertentu. Terletak banyak diversifikasi-jenis seni, menginjak berpunca seni nada, seni tari, seni rupa, dan sebagainya. Tiap varietas kesenian punya ciri-ciri dan karakteristik masing-masing, serta memfokuskan angka estetika. 5. Sistem Mata Pencaharian dan Ekonomi Molekul budaya lainnya ialah sistem netra pencaharian dan ekonomi. Yang dimaksud mata pencaharian adalah segala usaha alias upaya manusia cak bagi medapatkan dagangan atau jasa yang dibutuhkan. Hal ini berkaitan dengan pemuasan kebutuhan ekonomi seseorang ataupun kelompok tertentu. Aktivitas nan dikategorikan perumpamaan bentuk netra pencaharian antara bukan ialah mengumpulkan makanan, bercocok tanam, berkebun, perikanan, berburu, berdagang, dan sebagainya. 6. Religi Religi dan kepercayaan adalah unsur kebudayaan lebih lanjut. Sistem religi diartikan ibarat sistem nan terpadu antara keyakinan dan praktek keagamaan yang berhubungan dengan hal-hal yang nirmala dan tidak dapat dijangkau maka itu akal dan pikiran. Religi tidak hanya berkaitan dengan agama dan kepercayaan saja, tapi juga nilai dan norma mahajana, model pikir, pandangan hidup, serta komunikasi keagamaan sebagaimana ritual-ritual, upacara ijab kabul dan mortalitas dalam budaya masyarakat. 7. Sistem Komunitas dan Organisasi Kemasyaratan Partikel tamadun yang terakhir adalah sistem kekerabatan dan organisasi kemasyarakatan. Yang dimaksud atom ini adalah sekelompok publik yang anggotanya memiliki kesamaan satu sekelas enggak dalam suatu sistem kekerabatan tertentu. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial ini meliputi kekerabatan, korespondensi, sistem kenegaraan, sistem kesendirian atma, dan perkumpulan. Kaitannya dengan cara hidup kerumunan tertentu bersama-sama dalam lingkungan masyarakat. Elemen-Unsur Budaya Menurut Para Pakar Selain 7 atom kebudayaan universal di atas, cak semau juga pendapat para ahli akan halnya segala sahaja unsur-partikel budaya. Berikut yakni unsur-anasir dan komponen kebudayaan menurut para juru selengkapnya. Unsur-Elemen Budaya Menurut Melville J. Herskovits Menurut Melville J. Herskovits, terdapat 4 zarah-zarah kultur nan antara lain ialah sebagai berikut Perabot-peranti teknologi Sistem ekonomi Tanggungan Kekuasaan politik Unsur-Molekul Budaya Menurut Bronislaw Malinowski Menurut Bronislaw Malinowski, terdapat 4 unsur-partikel kebudayaan nan antara lain adalah sebagai berikut Sistem norma sosial, yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat buat menyesuaikan diri dengan duaja sekelilingnya. Organisasi ekonomi Alat-instrumen dan lembaga-rencana maupun petugas-petugas bagi pendidikan Organisasi kekuatan atau sistem politik Anasir-Anasir Budaya Menurut C. Kluckhohn Menurut C. Kluckhohn, terletak 7 unsur-unsur peradaban, yang kemudian dikenal misal teori unsur kebudayaan universal, antara lain merupakan sebagai berikut Bahasa Sistem proklamasi Sistem teknologi dan peralatan Sistem kesenian Sistem mata pencarian hidup Sistem religi Sistem kekerabatan dan organisasi kemasyarakatan Nah itulah referensi zarah-unsur kebudayaan secara umum dan menurut pendapat para ahli beserta penjelasan lengkapnya. Molekul-unsur tersebut menjadi unsur pereka cipta budaya secara mahajana dan secara mondial.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Kearifan Lokal memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan tradisional di suatu wilayah dan daerah. Kearifan lokal biasanya mengandung nilai, aturan, dan norma yang diajarkan secara turun temurun, diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya yang berhubungan dengan sikap dan perilaku masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Kearifan lokal yang diajarkan secara turun temurun tersebut merupakan kebudayaan yang patut untuk dijaga dan dilestarikan oleh setiap wilayah yang masing-masing memiliki kebudayaan tradisional merupakan negara yang sangat luas yang dikenal sebagai negara yang multikultur dan memiliki banyak keberagaman serta kearifan lokal yang merupakan jati diri bangsa. Setiap kearifan lokal di Indonesia patut untuk dikembangkan dan dijaga keberadaannya sebagai identitas bangsa agar tetap dikenal oleh generasi muda. Koentjaraningrat M. Munandar Soelaeman, 2007 62 mengatakan bahwa kebudayaan nasional Indonesia berfungsi sebagai pemberi identitas kepada sebagian warga dari suatu nasional, merupakan kontinuitas sejarah dari zaman kejayaan bangsa Indonesia di masa yang lampau sampai kebudayaan nasional masa kini. Salah satu dari beragam budaya yang ada berasal dari provinsi tuan rumah Asian Games 2018, Sumatera Selatan. Nama budaya tersebut adalah tarian Gending Sriwijaya. Secara harfiah, Tarian Gending Sriwijaya diartikan sebagai "irama Kerajaan Sriwijaya". Tarian tradisional ini melukiskan kegembiraan gadis-gadis Palembang saat menerima kunjungan tamu yang diagungkan dengan menyajikan untuk para tamu Tepak yang berisikan kapur sirih yang merupakan tradisi lokal sebagai simbol pembuka kata atau penghormatan kepada para tamu. Tarian ini diciptakan oleh Tina Haji Gong dan Sukaina A. Rozak sejak tahun 1943-1944 untuk memenuhi permintaan dari pemerintah Era pendudukan Jepang kepada jawatan Penerangan Hodohan untuk menciptakan sebuah tarian dan lagu guna menyambut tamu yang datang berkunjung Keresidenan Palembang Sekarang Provinsi Sumatera Selatan.Makna Tarian dan Gerakan Gending Sriwijaya Tarian ini menjadi simbol hubungan antara manusia dengan pencipta, manusia dengan manusia, dan juga hubungan manusia dengan semesta alam. Beliau juga mengatakan bahwa ragam gerak yang terkandung dalam Tarian Gending Sriwijaya ini mengandung makna tentang kehidupan dan juga sebagai sarana mengenang masa-masa kejayaan Sriwijaya di Sumatera Selatan. Selain itu juga tarian ini menggambarkan sikap masyarakat Sumatera Selatan yang ramah tamah dalam menyambut tamu-tamu yang yang ditarikan juga mengandung makna tersendiri yang menggambarkan corak kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Sumatera Selatan. Beberapa gerakan khas dari Gending Sriwijaya beserta makna di dalamnya adalahGerakan sembah berdiri Gerakan ini merupakan simbol dari ketaatan masyarakat Sumatera Selatan khususnya Palembang kepada Tuhan. Dalam gerakan ini juga terbesit nilai toleransi antar sesama umat ibu jari dan jari tengah Pada saat menarikan tari Gending Sriwijaya, penari menjentikan ibu jari dengan jari tengah, kemudian melakukan gerakan saling melepas yang sesuai dengan irama. Gerakan ini melambangkan kedisiplinan dan kerja keras masyarakat Palembang Sumatera Selatan.Sekapur Sirih Dalam tarian ini, sirih digunakan sebagai properti dan juga simbol akan kerendahan hati. Dilihat dari cara hidup tanaman sirih, tanaman ini tidak merugikan pihak lain. Sifat inilah yang ingin ditampilkan dari penggunaan sirih. Budi pekerti dan juga loyalitas yang tinggi digambarkan melalui penggunaan pinang berbatang lurus. Sedangkan kesabaran dan sikap pantang menyerah demi mencapai kesuksesan digambarkan oleh komponen gambir, yang sebelumnya diproses dahulu sebelum kemudian digunakan menginang bersama sirih. Secara garis besar, Tarian Gending Sriwijaya mengandung makna bahwa masyarakat Palembang dan Sumatera Selatan memiliki sifat tawakal, rendah hati, peduli, saling bekerja sama dan rukun, mandiri, setia serta Tarian Gending Sriwijaya Talent yang menampilkan tarian ini berjumlah 13 orang, di mana terdapat 9 orang penari perempuan yang menggambarkan Batanghari Sembilan sebagai penari inti, 3 orang penari laki-laki dan juga satu orang yang melantunkan lagu Gending Sriwijaya. Selain untuk menggambarkan Batanghari Sembilan, formasi penari yang berjumlah ganjil ini menjadi simbol akan kesatuan yang dipimpin oleh seorang pemimpin. Hal tersebut merupakan pengejawantahan bahwa manusia dikendalikan oleh satu kekuatan yaitu Tuhan Yang Maha Esa. 1 2 3 Lihat Sosbud Selengkapnya
1. Rumah Adat Di Sumatra Selatan, seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia, terdapat karya seni arsitektur yaitu Rumah Limas dan masih bisa kita temukan sebagai rumah hunian di daerah Palembang. Rumah Limas Palembang telah diakui sebagai Rumah Adat Tradisional Sumatera Selatan. Secara umum arsitektur Rumah Limas Palembang, pada atapnya berbentuk menyerupai piramida terpenggal limasan. Keunikan rumah Limas lainnya yaitu dari bentuknya yang bertingkat-tingkat kijing. Dindingnya berupa kayu merawan yang berbentuk papan. Rumah Limas Palembang dibangun di atas tiang-tiang atau cagak. Tari Tanggai - Sumatera Selatan 2. Seni Tari 1. Tari Gending Sriwijaya Gending Sriwijaya merupakan lagu daerah dan juga tarian yang cukup populer dari kota Palembang Sumatera Selatan. Lagu Gending Sriwijaya ini dibawakan untuk mengiringi tari Gending Sriwijaya. Baik lagu maupun tarian ini menggambarkan keluhuran budaya, kejayaan, dan keagungan kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya mempersatukan wilayah Barat Nusantara Lirik lagu ini juga menggambarkan kerinduan seseorang akan zaman di mana pada saat itu Sriwijaya pernah menjadi pusat studi agama Buddha di dunia. Tari Gending Sriwijaya dari Sumatera Selatan ini dibawakan untuk menyambut tamu-tamu agung. Biasanya tarian ini dibawakan oleh sebanyak 13 orang penari, yang terdiri dari 9 orang penari inti dan 4 orang pendamping dan penyanyi Satu orang penari utama pembawa tepak tepak, kapur, sirih, Dua orang penari pembawa peridon perlengkapan tepak, Enam orang penari pendamping tiga dikanan dan tiga kiri, Satu orang pembawa payung kebesaran dibawa oleh pria, Satu orang penyanyi Gending Sriwijaya, Dua orang pembawa tombak pria. Namun saat ini penyanti gending sriwijaya sudah banyak digantikan dengan media digital dan elektronik seperti VCD maupun tape recorder. 2. Tari Tanggai Tari Tanggai merupakan tarian tradisional dari Sumatera Selatan yang juga dipersembahkan untuk menyambut tamu kehormatan. Berbeda dengan tari Gending Sriwijaya, Tari Tanggai dibawakan oleh lima orang dengan memakai pakaian khas daerah seperti kain songket, dodot, pending, kalung, sanggul malang, kembang urat atau rampai, tajuk cempako, kembang goyang, dan tanggai yang berbentuk kuku terbuat dari lempengan tembaga. Tari ini merupakan perpaduan antara gerak yang gemulai dengan busana khas daerah. Tarian ini menggambarkan masyarakat Palembang yang ramah dan menghormati, menghargai serta menyayangi tamu yang berkunjung ke daerahnya. 3. Tari Mejeng Basuko Tarian mejeng basuko adalah tarian khas muda mudi Sumatera Selatan Sumsel. Tarian ini menggambarkan muda mudi yang berkumpul dan bersenda gurau untuk menarik hati lawan jenisnya. Tak jarang ada yang sampai jatuh hati dan mendapatkan jodoh dari pertemuan tersebut. Tarian Rodat Cempako adalah tarian khas masyarakat Sumsel yang dipengaruhi oleh gerakan dari Timur Tengah. Tarian Rodat Cempako ini merupakan tarian masyarakat Sumsel yang bernafaskan Islam. 5. Tari Tenun Songket Tarian Tenun Songket dari Sumatera Selatan ini menggambarkan masyarkat Sumsel khususnya kaum wanita yang memanfaatkan waktu luangnya untuk menenun kain songket dan kerajinan tangan. 6. Tari Madik / Nindai Tari Madik / Nindai adalah tarian khas Sumatera Selatan yang menggambarkan proses pemilihan calon menantu. Di Sumatera Selatan terdapat kebiasaan dimana orang tua pria akan berkunjung ke rumah calon menantunya untuk melihat dan menilai Madik dan Nindai kepribadian sehari-hari calon menantu tersebut. 3. Pakaian Adat Pakaian Adat Sumatra Selatan bisa dikatakan sebagai simbol peradaban budaya masyarakat Sumatra Selatan. Karena di dalamnya terdapat unsur filosofi hidup dan keselarasan. Hal ini bisa dilihat dari pilihan warna dan corak yang menghiasi pakaian adat tersebut. Ditambah dengan kelengkapannya, makin menambah kesakralan yang nampak pada tampilan pakaian adat yang berfungsi sebagai identitas budaya masyarakat Sumatra Selatan. Aessan Gede dan Aesan Paksangko Pakaian adat Suamtra Selatan sangat terkenal dengan sebutan Aesan gede yang melambangkan kebesaran, dan pakaian Aesan paksangko yang melambangkan keanggunan masyarakat Sumatera Selatan. Pakaian adat ini biasanya hanya digunakan saat upacara adat perkawinan. Dengan pemahaman bahwa upacara perkawinan ini merupakan upacara besar. Maka dengan menggunakan Aesan Gede atau Aesan Paksangko sebagai kostum pengantin memiliki makna sesuatu yang sangat anggun, karena kedua pengantin bagaikan raja dan antara corak Aesan Gede dan Aesan Paksongko, jika dirinci sebagai berikut; gaya Aesan Gede berwarna merah jambu dipadu dengan warna keemasan. Kedua warna tersebut diyakini sebagai cerminan keagungan para bangsawan Sriwijaya. Apalagi dengan gemerlap perhiasan pelengkap serta mahkota Aesan Gede, bungo cempako, kembang goyang, dan kelapo standan. Lalu dipadukan dengan baju dodot serta kain songket lepus bermotif napan perak. Pada Aesan Paksangkong. Bagi laki-laki menggunakan songket lepus bersulam emas, jubah motif tabor bunga emas, selempang songket, seluar, serta songkok emeas menghias kepala. Dan bagi perempuan menggunakan teratai penutup dada, baju kurung warna merah ningrat bertabur bunga bintang keemasan, kain songket lepus bersulam emas, serta hiasan kepala berupa mahkota Aesan Paksangkong. Tak ketinggalan pula pernak-pernik penghias baju seperti perhiasan bercitrakan keemasan, kelapo standan, kembang goyang, serta kembang kenango. 4. Senjata Tradisonal Senjata Tradisional Sumatera Selatan yang beribuka di Palembang memiliki banyak kesamaan dengan senjata tradisional provinsi lainnya di Pulau Sumatera dan Kepulauan Riau. Namun ada satu senjata yang memang khas Palembang. Senjata tersebut adalah Tombak Trisula. Seperti halnya rencong dari aceh, kujang dari sunda, atau mandau dari Kalimantan, tombak trisula memang sudah dikenal berasal dari Palembang. Namun belum diketahui secara pasti sejak kapan trisula ini menjadi senjata tradisional di Palembang. Diduga perkembangan trisula menjadi senjata tradisional di Palembang ada kaitannya dengan perkembangan kebudayaan Hindu yang ada pada masa kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang. Hal ini dapat dilihat dari bentuk tombak trisula yang mirip dengan trisula yang ada di kuil kuil Hindu yaitu senjata yang dipegang oleh Dewa Siwa. Walaupun senjata tombak trisula ini juga dipergunakan oleh banyak negara, akan tetapi yang khas dari trisula palembang adalah kedua sisi tombak tersebut dapat dipergunakan sebagai senjata. Satu sisi tombak berbentuk trisula sedangkan sisi lainnya merupakan mata tombak biasa. Selain Tombak Trisula sebagai senjata tradisional Palembang, masyarakat palembang juga mengenal keris sebagai senjata tradisional. Walaupun pada zaman sekarang replikasi keris dipergunakan sebagai pelengkap pakaian tradisional dari Sumatera Selatan. Demikian Sobat, ulasan mengenai senjata tradisional dari Sumatera Selatan. Semoga bermanfaat. 5. Lagu Daerah 1. Pempek Lenzer 2. Kabile Bile 3. Dirut 4. Dek Sangke 5. Kapal Selam 6. Cup Mak Ilang 7. Petang – Petang Bari Diwaktu Malam Sriwjaya 6. Bahasa Bahasa Palembang berasal dari bahasa Melayu Tua yang berbaur dengan bahasa Jawa dan diucapkan menurut logat/dialek wong Palembang. Seterusnya bahasa yang sudah menjadi milik wong Palembang ini diperkaya pula dengan bahasa-bahasa Arab, Urdhu, Persia, Cina, Portugis, Iggris dan Belanda. Sedangkan Aksara bahasa Melayu Palembang, menggunakan aksara Arab Arab-Melayu atau tulusan Arab berbahasa Melayu Arab Gundul/Pegon. Bahasa Palembang terdiri dari dua tingkatan, pertama merupakan bahasa sehari-hari yang digunakan hampir oleh setiap orang di kota ini atau disebut juga bahasa pasaran. Kedua, bahasa halus Bebaso yang digunakan oleh kalangan terbatas, Bahasa resmi Kesultanan. Biasanya dituturkan oleh dan untuk orang-orang yang dihormati atau yang usianya lebih tua. Seperti dipakai oleh anak kepada orang tua, menantu kepada mertua, murid kepada guru, atau antar penutur yang seumur dengan maksud untuk saling menghormati, karena Bebaso artinya berbahasa sopan dan halus. Suku Kubu - Suku Asi Sumatera Selatan - Jambi 7. Suku Suku Kubu merupakan suku asli pedalaman yang menempati wilayah Sumatera Selatan dan Jambi selain tu terdapat 12 Suku Besar yang ada di Sunmatera Selatan, diantaranya 1. Suku Komering Komering merupakan salah satu suku atau wilayah budaya di Sumatra Selatan, yang berada di sepanjang aliran Sungai Komering. Seperti halnya suku-suku di Sumatra Selatan, karakter suku ini adalah penjelajah sehingga penyebaran suku ini cukup luas hingga ke Lampung. Suku Komering terbagi atas dua kelompok besar Komering Ilir yang tinggal di sekitar Kayu Agung dan Komering Ulu yang tinggal di sekitar kota Baturaja. Suku Komering terbagi beberapa marga, di antaranya marga Paku Sengkunyit, marga Sosoh Buay Rayap, marga Buay Pemuka Peliyung, marga Buay Madang, dan marga Semendawai. Wilayah budaya Komering merupakan wilayah yang paling luas jika dibandingkan dengan wilayah budaya suku-suku lainnya di Sumatra Selatan. Selain itu, bila dilihat dari karakter masyarakatnya, suku Komering dikenal memiliki temperamen yang tinggi dan keras. Berdasarkan cerita rakyat di masyarakat Komering, suku Komering dan suku Batak, Sumatra Utara, dikisahkan masih bersaudara. Kakak beradik yang datang dari negeri seberang. Setelah sampai di Sumatra, mereka berpisah. Sang kakak pergi ke selatan menjadi puyang suku Komering, dan sang adik ke utara menjadi puyang suku Batak. 2. Suku Palembang Kelompok suku Palembang memenuhi 40 - 50% daerah kota palembang. Suku Palembang dibagi dalam dua kelompok Wong Jeroo merupakan keturunan bangsawan/hartawan dan sedikit lebih rendah dari orang-orang istana dari kerajaan tempo dulu yang berpusat di Palembang, dan Wong Jabo adalah rakyat biasa. Seorang yang ahli tentang asal usul orang Palembang yang juga keturunan raja, mengakui bahwa suku Palembang merupakan hasil dari peleburan bangsa Arab, Cina, suku Jawa dan kelompok-kelompok suku lainnya di Indonesia. suku Palembang sendiri memiliki dua ragam bahasa, yaitu Baso Palembang Alus dan Baso Palembang Sari-Sari. Suku Palembang masih tinggal/menetap di dalam rumah yang didirikan di atas air. Model arsitektur rumah orang Palembang yang paling khas adalah rumah Limas yang kebanyakan didirikan di atas panggung di atas air untuk melindungi dari banjir yang terus terjadi dari dahulu sampai sekarang. Di kawasan sungai Musi sering terlihat orang Palembang menawarkan dagangannya di atas perahu. 3. Suku Gumai Suku Gumai adalah salah satu suku yang mendiami daerah di Kabupaten Lahat. Sebelum adanya Kota Lahat, Gumai merupakan satu kesatuan dari teritorial GUMAI, yaitu Marga Gumai Lembak, Marga Gumai Ulu dan Marga Gumai Talang. Setelah adanya kota Lahat, maka Gumai menjadi terpisah dimana Gumai Lembak dan Gumai Ulu menjadi bagian dari Kecamatan Pulau Pinang sedangkan Gumai Talang menjadi bagian dari Kecamatan Kota Lahat. 4. Suku Semendo Suku Semendo berada di Kecamatan Semendo, Kabupaten Muara Enim, Propinsi Sumatera Selatan. Menurut sejarahnya, suku Semendo berasal dari keturunan suku Banten yang pada beberapa abad silam pergi merantau dari Jawa ke pulau Sumatera, dan kemudian menetap dan beranak cucu di daerah Semendo. Hampir 100% penduduk Semendo hidup dari hasil pertanian, yang masih diolah dengan cara tradisional. Lahan pertanian di daerah ini cukup subur, karena berada kurang lebih 900 meter di atas permukaan laut. Ada dua komoditi utama dari daerah ini kopi jenis robusta dengan jumlah produksi mencapai 300 ton per tahunnya, dan padi, dimana daerah ini termasuk salah satu lumbung padi untuk daerah Sumatera Selatan. Adat istiadat serta kebudayaan daerah ini sangat dipengaruhi oleh nafas keIslaman yang sangat kuat. Mulai dari musik rebana, lagu-lagu daerah dan tari-tarian sangat dipengaruhi oleh budaya melayu Islam. Bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari adalah bahasa Semendo. Setiap kata pada setiap bahasa ini umumnya berakhiran "e." 5. Suku Lintang Kawasan pegunungan Bukit Barisan di Sumatera Selatan merupakan tempat tinggal suku Lintang, diapit oleh suku Pasemah dan Rejang. Suku Lintang merupakan salah satu suku Melayu yang tinggal di sepanjang tepi sungai Musi di Propinsi Sumatera Selatan. Suku Melayu Lintang hidup dari bercocok tanam yang menghasilkan kopi, beras, kemiri, karet dan sayur-sayuran. Mereka juga beternak kambing, kerbau, ayam, itik, bebek, dll. Mereka tidak mencari nafkah di sektor perikanan walaupun tinggal di tepi sungai. Orang Lintang adalah penganut Islam yang cukup kuat. Hal ini terlihat dengan banyaknya mesjid-mesjid dan pesantren untuk melatih kaum mudanya. 6. Suku Kayu Agung Suku Kayu Agung berdomisili di Sumatera Selatan, tepatnya di Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan ibukotanya Kayu Agung. Wilayah ini dialiri sungai Komering. Bahasanya terdiri atas dua dialek, yaitu dialek Kayu Agung dan dialek Ogan. Mata pencaharian suku ini bertani, berdagang, dan membuat gerabah dari tanah liat. Bentuk pertanian kebanyakan bersawah tahunan karena daerahnya terdiri dari rawa-rawa. Jadi sawah hanya dikerjakan saat musim hujan. Suku Kayu Agung mayoritas beragama Islam, tetapi mereka juga mempertahankan kepercayaan lama, yaitu kepercayaan mengenai dunia roh. Suku Kayu Agung percaya bahwa roh-roh nenek moyang dapat mengganggu manusia. Oleh karena itu, sebelum mayat dikubur harus dimandikan dengan bunga-bunga supaya arwah roh yang mati lupa jalan ke rumahnya. Mereka juga percaya akan dukun yang membantu dalam upacara pertanian, baik saat menanam maupun saat panen. Selain itu ada tempat-tempat keramat yang mereka anggap sebagai tempat bersemayamnya para arwah. 7. Suku Lematang Suku Lematang tinggal di daerah Lematang yang terletak di antara Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Lahat. Daerah ini berbatasan dengan daerah Kikim dan Enim. Suku ini menempati wilayah di sepanjang sungai Lematang, di sekitar kota Muaraenim dan kota Prabumulih. Asal usul orang Lematang dari kerajaan Majapahit, keturunan orang Banten dan Wali Sembilan. Orang Lematang sangat terbuka dan memiliki sifat ramah tamah dalam menyambut setiap pendatang yang ingin mengetahui seluk beluk dan keadaan daerah dan budayanya. Mereka juga memiliki rasa kebersamaan yang tinggi. Hal itu terbukti dari sikap gotong royong dan tolong menolong bukan hanya kepada masyarakat Lematang sendiri tetapi juga kepada masyarakat luar. 8. Suku Ogan Suku Ogan terletak di Kabupaten Ogan Komering Ulu dan Ogan Komering Ilir. Mereka mendiami tempat sepanjang aliran Sungai Ogan dari Baturaja sampai ke Selapan. Orang ogan biasa juga disebut orang Pagagan. Suku Ogan terbagi menjadi 3 tiga sub-suku, yakni Suku Pegagan Ulu, Suku Penesak, dan Suku Pegagan Ilir. Kelompok masyarakat ini adalah penduduk asli dan bertani, tetapi banyak juga yang menjadi pegawai negeri. Makanan pokok suku ini ialah hasil pertanian. 9. Suku Pasemah Suku Pasemah adalah suku yang mendiami wilayah kabupaten Empat Lawang, kabupaten Lahat, Ogan Komering Ulu, dan di sekitar kawasan gunung berapi yang masih aktif, gunung Dempo. Suku bangsa ini juga banyak yang merantau ke daerah-daerah di provinsi Bengkulu. Menurut sejarah, suku ini berasal dari keturunan Raja Darmawijaya Majapahit yang menyeberang ke Palembang pulau Perca. Suku ini banyak yang tersebar di pegunungan Bukit Barisan, khususnya di lereng-lerengnya. Menurut mitologi nama Pasemah berasal dari kata Basemah yang berarti berbahasa Melayu. Hasil utama masyarakat suku ini ialah kopi, sayur-sayuran dan cengkeh dengan makanan pokoknya ialah beras. 10. Suku Sekayu Suku Sekayu terletak di Propinsi Sumatera Selatan. Dalam wilayah Kabupaten Musi Banyuasin. Mayoritas penduduknya petani. Hasil pertaniannya adalah padi, singkong, ubi, jagung, kacang tanah dan kedelai. Hasil perkebunan yang menonjol adalah karet, cengkeh dan kopi. Industri rakyat yang terkenal berupa bata dan genteng. Suku Sekayu merupakan "manusia sungai" dan senang mendirikan rumah-rumah yang langsung berhubungan dengan sungai Musi. Tidak seperti umumnya suku-suku di Indonesia, suku Bugis, Minangkabau atau Jawa, suku Sekayu jarang berpindah-pindah ke tempat yang jauh. Keinginan untuk lebih maju dan mencari keberuntungan mereka lakukan hanya sampai di ibukota propinsi. Suku Sekayu yang tinggal di Palembang menduduki sektor-sektor pekerjaan yang penting, mulai dari guru besar/dosen universitas, ahli riset, hartawan dan pengembang lahan, pekerja galangan dan penarik becak. 11. Suku Rawas Suku ini terletak di wilayah propinsi Sumatera Selatan, tepatnya di sekitar dua aliran sungai Rawas dan sungai Musi bagian utara. Suku ini menempati wilayah di Kecamatan Rawas Ulu, Rawas Ilir, dan Muararupit, di Kabupaten Musi Rawas. Bahasa Rawas masih tergolong ke dalam rumpun melayu. Di wilayah ini banyak terdapat kebun karet rakyat. 12. Suku Banyuasin Suku ini terutama tinggal di kab. Musi Banyuasin yaitu di kec. Babat Toman, Banyu Lincir, Sungai Lilin, dan Banyuasin Dua dan Tiga. Umumnya mereka tinggal di dataran rendah yang diselingi rawa-rawa dan berada di daerah aliran sungai. Sungai terbesar adalah sungai Musi yang memiliki banyak anak sungai. Mata pencaharian pokoknya adalah bertani di sawah dan ladang. Mereka masih percaya terhadap berbagai takhyul, tempat keramat dan benda-benda kekuatan gaib. Mereka juga menjalani beberapa upacara dan pantangan.
7 unsur kebudayaan sumatera selatan